Thursday, March 28, 2013

Miserable Man, The Asian Busking Tour 2012/2013 - Solo, Indonesia

Seorang "pengamen" mampu berkeliling dunia. Dialah Filippo alias Peepu Maze, atau lebih dikenal dengan nama panggung Miserable Man. Seorang pria kelahiran Vicenza, Italia yang dalam beberapa tahun terakhir ini berdomisili di Norwich, Inggris. Peepu adalah musisi serba bisa. Ska, Reggae, dan Popsteady, begitu ia menyebut musik yang ia mainkan. Berkarir sebagai one man band di Miserable Man, ia biasa mengamen di sudut-sudut kota dan tempat-tempat umum di Inggris. Bermodalkan gitar, amplifier, dan microphone,  serta mouth-trumpet (suara trumpet yang ia keluarkan dengan mulutnya sendiri) sambil menunggu orang-orang lewat dan menyaksikan aksinya sembari menjatuhkan koin ke dalam hardcase gitar yang ia letakkan di dekatnya. Tak lupa ia menjajakan CD lagu-lagunya yang juga ia letakkan di dalam hardcase. Lagu-lagu ciptaannya dikerjakan berdua dengan seorang kawan penabuh drum dari Italia. Sedangkan Peepu mengisi seluruh bagian lainnya mulai dari vokal, gitar, bass, keyboard, tak lupa mouth-trumpet yang menjadi ciri khasnya. Selain mengamen, Peepu AKA Miserable Man juga kerap mengisi acara-acara seperti pernikahan, undangan, dan di cafe-cafe. Bukan hanya musik yang ia gunakan sebagai ladang untuk menghasilkan uang, ada kalanya ia juga memasak untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

Bagaimana Ia Bisa Sampai di Solo, Indonesia?
Semua berawal sejak Natal tahun 2012 lalu. Ketika seorang kawan bernama Dhimas (vokalis dari salah satu band Ska kota Solo, R Slide) sedang browsing tentang musik-musik Jamaika yang bertemakan Natal di Youtube. Ditemukanlah salah satu lagu Miserable Man yang berjudul Rocksteady Xmas. Merasa tertarik, Dhimas membuka channel Youtube yang bersangkutan, yaitu miserablemanmusic. Ditemukan lagi banyak video dari Miserable Man, mulai dari video klip, cover songs, hingga aksi-aksinya ketika mengamen. Selang beberapa hari, Dhimas menceritakan pengalaman browsing-nya tersebut kepada teman-teman termasuk saya. Langsung terbesit di benak saya, barangkali orang ini (Miserable Man) adalah perpaduan antara Chris Murray dan The Dualers. Segera saya cari page Miserable Man di Facebook. Ketemu, dan ditemukan pula beberapa link tentang dirinya selain Youtube dan Facebook. Simak-menyimak, didapatlah info kalau Miserable Man ini ternyata sedang tour di Asia. Ia menyebutnya The Asian Busking Tour 2012/2013. Sebuah perjalanan jauh yang ditempuh seorang diri. Berangkat dari Inggris sejak akhir bulan Oktober 2012 lalu, Peepu AKA Miserable Man sudah menginjakkan kaki di beberapa negara di Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand, dan Kamboja. Sebelum tour-nya tersebut, beberapa tahun lalu Peepu juga pernah mengunjungi India, bahkan Indonesia, lebih tepatnya di Bali dan Jogja. Dari seluruh perjalanannya tersebut, di Kualalumpur, Malaysia-lah ia lebih lama tinggal. Menyewa losmen, mengamen bersama para pengamen lokal, dan bermain secara regular di cafe-cafe. Selebihnya, ia hanya berjalan-jalan menikmati keberagaman yang ada di belahan bumi Asia Tenggara.
Merasa tertarik dan berangan-angan barangkali suatu hari ia mampir ke Indonesia, iseng-iseng saya menulis di wall Facebook Miserable Man. Sekedar menanyakan, apakah ia masih dalam tour-nya di Asia. Dengan Rendah hati, ia pun membalas pertanyaan saya, bahwa ia sedang berada di Malaysia, dan akan mengunjungi Indonesia antara bulan Februari-April 2013. Tak cukup hanya di fan-page, akun Facebook personal Miserable Man yang bernama Peepu Maze pun langsung menambahkan saya sebagai teman. Berkenalan, sekaligus keep in touch melalui pesan. Ia berkata bahwa akan mengunjungi Indonesia, lebih tepatnya Jogja dan Bali, tempat yang pernah ia kunjungi sebelumnya. Mengetahui saya berasal dari kota Solo, ia pun mencantumkan Solo di daftar tempat yang akan ia kunjungi dalam rangka The Asian Busking Tour 2012/2013.
Bulan Februari 2013, tepatnya tanggal 24, adalah hari dimana kami Rudebois Ska Foundation (sebuah komunitas penikmat musik Jamaika dari kota Solo) melangsungkan sebuah gig yang bertajuk Ska Duka Bersama #3. Gig tersebut menampilkan seluruh band Ska asal kota Solo dan melibatkan beberapa kawan dari luar kota seperti Salatiga, Semarang, dan Malang. Di gig itulah, kami berencana akan membawa Miserable Man bergabung. Peepu AKA Miserable Man (MM) juga sudah sepakat, namun ia masih berusaha menyesuaikan tanggal supaya tepat waktu ketika sampai di Solo. Karena pada saat itu ia masih punya jadwal manggung di Malaysia, mengurus visa, penerbangan, dan lain-lain. Belum ada kepastian, kami Rudebois Ska Foundation (RSF) belum berani mencantumkan nama Miserable Man di flyer acara Ska Duka Bersama #3. Hingga  kami mendapat kabar menjelang hari H, bahwa MM akan berangkat hari Minggu pagi, tepat di tanggal 24 dari Malaysia, dan akan turun di Jogja pukul 2 siang. Dari jadwal tersebut, bisa diperkirakan bahwa MM sampai di Solo sore hari. Mengingat gig Ska Duka Bersama hanya berlangsung sampai pukul 5 sore, maka kemungkinan Miserable Man ikut meramaikan gig tersebut sangatlah kecil. Akhirnya, sampai gig Ska Duka Bersama #3 selesai dan berjalan lancar, Miserable Man belum juga datang. Pasca gig Ska Duka Bersama #3, kembali saya mengontak Peepu di Facebook, ternyata ia kelelahan dan tidak bisa hadir di gig kami. Tetapi, ia akan tetap datang ke kota kami, Solo, dalam beberapa hari ke depan.

Miserable Man di Solo
Akhirnya ia datang! Setelah 3 hari menginap di Jogja dengan menyewa losmen di daerah Sosrowijayan, hari Rabu tanggal 27 Februari 2013 adalah hari ketika ia pertama kali menginjakkan kaki di Solo. Sore hari sekitar pukul 3, Peepu yang sebelumnya sudah mencatat nomor ponsel saya, tiba-tiba menelfon ketika saya masih berada di tempat kerja. Ia mengabarkan bahwa sudah berada di Solo, turun di Stasiun Balapan setelah menumpang kereta Prameks, dan sedang berada di kafetaria sebuah hotel di dekat Stasiun Balapan, untuk sekedar minum dan memanfaatkan fasilitas wi-fi sambil menunggu saya menjemput. Sepulang kerja, saya bersiap-siap, dan bergegas menjemput Peepu sekitar pukul 7 malam dengan mengajak beberapa teman. Karena Peepu berkata, "Saya lapar." maka, tujuan selanjutnya adalah makan malam. Kami langsung turun di warung nasi kare yang bertempat di pojokan perempatan Ngapeman, kami biasa menyebutnya Ngapeman Corner (NC). Peepu yang tidak memakan daging, tetapi masih mau mengkonsumsi ikan, menyantap sepiring nasi kare tanpa ayam, beberapa gorengan, dan es teh sebagai minumannya. Usai makan, satu per-satu teman-teman kami datang dan mulai berkenalan dengan Peepu. Kami mengobrol satu sama lain. Bicara tentang musik Ska dan sub-genre-nya, Peepu mengaku lebih menyukai musik-musik asli yang sesuai roots-nya, daripada musik fusion semacam Ska era 2-Tone bahkan Ska Punk/Core. Saya, dengan kemampuan berbahasa Inggris yang pas-pasan, selalu mencoba menjadi penerjemah di antara teman-teman ketika berdialog. Tak lupa, satu elemen utama yang mengalir dalam diri kami, bahasa universal sebagai pemersatu umat manusia, apa lagi kalau bukan musik? Dengan dua buah gitar akustik, kami mainkan hits-hits Jamaika terdahulu di citywalk tempat kami makan secara lesehan. Di tengah-tengah sesi street jamming tersebut, kami langsung berencana mengagendakan sebuah gig untuk Miserable Man, yang sebelumnya meleset dari rencana di gig Ska Duka Bersama #3.
Hujan sempat mengguyur secara tiba-tiba di lokasi kami berada malam itu. Kami pun menepi ke emperan toko yang sudah tutup. Masih mendendangkan lagu-lagu Ska/Rocksteady/Reggae untuk menjalin kebersamaan di antara kami. Dari apa yang kami lakukan malam itu, secara spontan tercipta satu lagu baru dari Miserable Man yang berjudul People Of Solo. Menceritakan tentang pengalamannya ketika menginjakkan kaki di Solo. Kata solo dalam Bahasa Italia berarti sendiri, atau alone dalam Bahasa Inggris. Meskipun Peepu berkeliling dunia sendirian, namun ia tidak merasa kesepian karena bertemu dengan orang-orang seperti kami, the People Of Solo!
Waktu sudah hampir tengah malam, saatnya bergerak dari Ngapeman. Di malam pertama itu, Peepu akan menginap di kediaman teman kami yang bernama Rio, karena kondisi yang kurang memungkinkan untuk mencari penginapan, mengingat waktu sudah tengah malam. Sebelum menuju ke rumah Rio, kami semua sempat mampir di Ngarsopuro. Sebuah tempat berupa jalan, taman, dan pasar barang antik yang berlokasi tepat di depan pintu gerbang Kraton Mangkunegaran. Tak lama di Ngarsopuro, kami segera bergegas menuju rumah Rio. Meletakkan barang-barang, dan segera beristirahat. Tapi, seperti yang telah direncanakan sebelumnya, sesampainya di rumah Rio, kami kembali berbincang mengenai banyak hal. Antara lain, tentang bahasa, gaya hidup, sepakbola, dan tentunya musik. Intinya, kami saling berbagi pengetahuan tentang keberagaman yang ada di dunia, khususnya dari ketiga negara. Kami dari Indonesia, dan Peepu yang berasal dari Italia dan menetap di Inggris.
Keasyikan mengobrol, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi, saatnya memejamkan mata setelah melalui hari yang panjang dan melelahkan. Bangun di pagi hari, saya segera pulang ke rumah, bersiap diri karena harus kembali bekerja. Teman-teman yang mempunyai waktu luang tetap bertugas menjadi guide untuk menemani Peepu. Di siang hari, Rio, Peepu, dan teman-teman menanyakan losmen yang cocok untuk disewa. Mereka bertanya kepada Megan, tetangga sebelah Rio yang juga seorang perantau. Ia berasal dari Los Angeles, California, Amerika Serikat. Megan adalah seorang perempuan yang sedang menuntut ilmu dalam bidang kesenian di Solo, sekaligus berprofesi sebagai sinden. Ia merekomendasikan sebuah losmen yang bernama Paradiso Guesthouse. Sebuah rumah inap di daerah Kemlayan yang letaknya terpencil di antara gang sempit di tengah ramainya kota Solo. Peepu menyewa satu kamar untuk beberapa hari ke depan.
Hari-hari kami lalui dengan seorang teman baru yang kedatangannya sangat tak terduga. Kami sangat senang dan berterima kasih, bisa mengenal orang seperti Peepu. Saya dan teman-teman secara bergiliran menemani Peepu selama kunjungannya di Solo. Menyesuaikan jadwal kami masing-masing, yang masih disibukkan dengan pekerjaan dan pendidikan. Peepu sangat senang, menurutnya kami melayani dia seperti raja. Karena kami selalu siap sedia mengantar dan menemani Peepu kapanpun dan dimanapun. Di waktu luang, kami biasa nongkrong di Pose Breakstuff Space, sebuah tempat yang menyediakan menu minuman berupa kopi dan cokelat, sekaligus fasilitas wi-fi. Koneksi internet seakan menjadi barang berharga bagi Peepu. Ia adalah seorang yang hobi menjelajah internet. Bermodalkan laptop, itulah satu-satunya alat komunikasi yang ia gunakan, karena selama tour ia tidak membawa ponsel ataupun alat komunikasi lainnya. Menuliskan tour-report, meng-upload foto-foto yang ia ambil selama tour, memberikan informasi terkini tentang Miserable Man, adalah hal-hal yang biasa ia lakukan setiap harinya. Dan juga merekam materi-materi lagu untuk proyek terbarunya yang diberi nama Afronesia. Sebuah album yang terinspirasi oleh keindahan negara-negara Asia dipadu dengan musik kulit hitam.
Saya dan teman-teman RSF juga akan segera merealisasikan rencana tentang gig Miserable Man di Solo. Yang akan kami beri judul Jamaican Accoustic Night with Miserable Man. Kami memberikan opsi waktu antara hari Sabtu, 2 Maret 2013 atau Minggu, 3 Maret 2013. Peepu memilih hari Sabtu, malam hari. Untuk tempat, kami memilih CS Coffee Shop, sebuah warung kopi di daerah Mendungan, Pabelan (Depan SMA Negeri 2 Sukoharjo) yang biasa digunakan untuk akustik performance, stand up comedy, dan tempat berkumpulnya berbagai kalangan. Untuk peralatan dan soundsystem, kami meminjam dari teman-teman dan menyewa dari studio dengan dana seadanya, uang sisa acara Ska Duka Bersama #3 plus dana kolektif perorangan.
Tidak cukup jamming on the street, kami bersama Peepu juga jamming di studio. Menyewa studio dengan durasi satu jam, cukup bagi kami untuk memainkan musik-musik Jamaika. Peepu bermain gitar dan bernyanyi seperti biasanya. Tak hanya itu, ia juga bermain bass, serta mengambil foto dan video di dalam studio. Setelah dari studio, kami lanjutkan lagi street jamming di kawasan Pasar Gede, dengan gemerlap lampion-lampion yang menghiasi suasana malam, karena waktu itu masih dalam suasana Imlek.

Jamaican Accoustic Night with Miserable Man
Sabtu , 2 Maret 2013, sesuai rencana adalah hari dilangsungkannya gig dari kami teman-teman Rudebois Ska Foundation, Jamaican Accoustic Night with Miserable Man di CS Coffee Shop, Mendungan, Pabelan. Sebuah gig yang serba dadakan, hanya dipersiapkan dalam hitungan hari, dan menjadi gig pertama Miserable Man di Indonesia. Sejak Sabtu sore teman-teman RSF sudah mempersiapkan gig tersebut. Menyusun peralatan musik beserta soundsystem yang telah dipinjam dan disewa, kami konsep secara semi-akustik. Tepat pukul 7 malam, semuanya sudah siap. Langsung saja acara dibuka dengan penampilan Surakarta Allstars. Begitulah kami menyebutnya, hanyalah penampilan kolaborasi dari kami teman-teman RSF, dengan sukarela jamming di panggung sederhana dengan peralatan yang seadanya. Saya juga ambil bagian dengan menyanyikan beberapa lagu.
Usai bernyanyi, panggung masih diisi penampilan dari teman-teman. Jam-session dari teman-teman Rudebois Ska Foundation diakhiri sekitar pukul setengah 9 malam. Berikutnya, giliran Peepu naik ke panggung. Dua buah lagu ia bawakan secara sendiri, bernyanyi diiringi gitar akustik yang ia bawa selama tour dan menginjak tamborine kecil yang dikaitkan pada kakinya. Memasuki lagu ketiga, yaitu lagu cover dari Radiohead yang berjudul Creep, Miserable Man mengajak dua orang untuk naik ke atas panggung, sebagai backing-band-nya. Yang berkesempatan malam itu adalah Alfian AKA Ateng pada posisi drum, dan Riswan AKA Black pada bass. Seterusnya sampai lagu terakhir, mereka mengiringi Miserable Man membawakan lagu-lagu andalannya. Pada awalnya, audience sekaligus pengunjung CS Coffeeshop hanya duduk manis menikmati penampilan Miserable Man. Memasuki lagu Creep itulah awal para penonton menjadi lebih apresiatif. Sedikit demi sedikit mereka berdiri, maju ke depan, bernyanyi bersama, dan skankin pun tak tertahankan. Lagu baru dari Miserable Man yang diciptakan ketika ia baru saja menginjakkan kaki di Solo pun ia bawakan di tengah-tengah penampilannya, People Of Solo. Otomatis, kami orang-orang Solo pun merasa bangga dan dengan senang hati bernyanyi dan berdansa bersama. Saya juga ikut bernyanyi ketika membawakan lagu dari Alton Ellis - Rocksteady. Belasan lagu telah dibawakan selama kurang lebih satu jam lamanya. Lagu-lagu karya Miserable Man sendiri ditambah beberapa lagu-lagu cover dari hits-hits Jamaika terdahulu, termasuk beberapa masterpiece dari Robert Nesta Marley yang berhasil dibawakan Miserable Man dengan gayanya sendiri.
Penampilan Miserable Man diakhiri tanpa banyak basa-basi, berpamitan dengan penonton lalu turun panggung dan menuju ke kamar mandi untuk berganti pakaian, ia terlihat kegerahan. Lalu Peepu mengajak saya keluar untuk mencari makan. Ada pertanyaan yang muncul dari saya, mengapa ia tidak memilih makan di lokasi acara? Peepu mengaku merasa pengap dan sesak nafas karena padatnya pengunjung dan ditambah kepulan asap rokok yang memenuhi venue. Itu yang membuatnya meninggalkan panggung tanpa banyak bicara dan mengajak makan di luar sekaligus mencari udara segar. Menurutnya, satu hal yang kurang ia sukai selama di Indonesia adalah perihal rokok. Banyak orang yang merokok secara seenaknya tanpa memperhatikan orang disekitarnya. Dan peraturan yang mengatur para perokok seperti di tempat-tempat umum misalnya, juga kurang ketat seperti di negara-negara lain. Saya, Dhimas, dan Wedha (kakak dari Dhimas) keluar menemani Peepu makan. Tak lama, kami langsung kembali lagi ke CS Coffee Shop. Teman-teman Surakarta Allstars ternyata masih bermain mengisi panggung yang kosong. Sekitar hampir pukul 11 malam, acara selesai. Kami berberes-beres ria, melunasi uang sewa soundsystem dari studio, berfoto bersama, berpamitan, dan berterima kasih dengan pihak CS Coffee Shop yang telah bersedia menyediakan tempat bagi kami. Tak lupa Peepu kami beri beberapa keping CD kompilasi berisi lagu-lagu dari band-band Ska asal kota Solo yang tadinya juga kami bagikan secara cuma-cuma sebagai bonus atas pembelian tiket gig Ska Duka Bersma #3 sepekan sebelumnya.

Late Night Street Jam
Tujuan selanjutnya adalah kembali ke lampion-lampion di kawasan Pasar Gede. Tiba di Pasar Gede, kami berdiri di tepi jembatan yang berada di atas sungai kecil. Mengambil foto dan video, dan lagi-lagi kami melakukan street jam untuk ke sekian kalinya. Merasa lelah, hampir pukul 1 dini hari Peepu mengajak saya untuk pulang kembali ke losmen. Sementara teman-teman masih berada di Pasar Gede, Peepu saya boncengkan menuju losmen, saya juga langsung pulang karena esok paginya masih harus bekerja.

Hari-Hari Terakhir di Solo
Tak terasa sudah hari Minggu, hari ke 5 Peepu berada di Solo, alias hari terakhirnya di kota kami. Terakhir dalam artian besok hari Senin ia sudah harus bertolak menuju Banyuwangi sebelum menyeberang ke tujuannya selanjutnya, yaitu Bali dan Gili (pulau kecil yang terletak di antara Bali dengan Lombok, tempat pertama kali muncul ide untuk membuat sebuah proyek yang diberi nama Miserable Man beberapa tahun silam). Tiket kereta Sri Tanjung tujuan Banyuwangi didiapat hari Minggu siang, teman-teman dengan senang hati mengantar Peepu ke stasiun untuk membeli tiket. Jadwal keberangkatannya adalah Senin pagi pukul 08.40 WIB. Minggu malam sepulang bekerja, saya kembali menyusul Peepu dan teman-teman yang sedang nongkrong di Pose. Malam itu ia sempat berkata demikian, "Sebuah pengalaman yang hebat bisa bermain bersama orang-orang Solo. Kalian adalah musisi yang memiliki talenta, rendah hati, dan bersemangat yang pernah saya kenal. Sambutan dan dukungannya juga sangat luar biasa. Saya juga telah menciptakan lagu tentang orang-orang Solo, yang berjudul People Of Solo. Dan saya akan merekam lagu baru tersebut secepatnya."
Keakraban dari kami semakin terjalin dengan erat. Sepertinya sudah tak ada lagi perbedaan yang memisahkan antara kami dengan bule penggemar nasi sayur dan tahu tempe tersebut. Perbedaan yang mencolok seperti fisik, suku bangsa, dan bahasa bukan menjadi masalah yang menghalangi kami. Peepu seakan-akan sudah menjadi bagian dari kami, anak-anak Solo. Bulan April ia sudah harus kembali ke Malaysia karena masih menyisakan beberapa jadwal mengisi acara di cafe-cafe. Menengok jadwal Miserable Man di situsnya, ternyata ia sudah memiliki jadwal manggung sampai bulan Agustus 2013 pada bermacam-macam acara di Inggris.
Senin pagi tiba, pukul 6 pagi saya sudah bangun, mandi, dan bersiap-siap untuk mengantar Peepu menuju Stasiun Jebres, tempat berangkatnya kereta api tujuan Banyuwangi. Tepat pukul 7 saya sampai di Paradiso Guesthouse, losmen tempat Peepu menginap. Peepu yang masih tertidur dibangunkan oleh pemilik losmen, sementara saya duduk di lobi sambil menunggunya bersiap-siap. Dengan mata sembab karena kurang tidur, ia datang dengan membawa semua barang-barangnya, satu backpack dan softcase berisi gitar akustik. Sesuai janji di hari sebelumnya, Peepu tak lupa memberi saya sebuah CD albumnya dan kartu nama sebagai kenang-kenangan. Kami menyempatkan diri untuk menikmati kopi panas yang dipesan di losmen sebelum menuju stasiun. Pukul 8 pagi, kami berdua segera turun ke sibuknya lalu lintas kota Solo dan meluncur ke Stasiun Jebres. Sampai di stasiun, beberapa teman-teman yang lain juga sudah hadir untuk ikut melepas keberangkatan Peepu. Padat sekali suasana stasiun pagi itu. Sambil menunggu kereta datang, Peepu membeli air mineral, nasi bungkus, dan tak lupa tahu tempe favoritnya untuk sarapan. Sekitar 15 menit sebelum jam kedatangan kereta, Peepu berpamitan untuk segera masuk ke peron. Kami saling bejabat erat dan berpelukan satu sama lain. Dengan senyum dan tawanya ia melambaikan tangan sambil berdiri di tengah antrian. Usai sudah petualangan Peepu di Solo dalam rangka Asian Busking Tour. Semoga ia selalu ingat dengan kota kecil ini, dan tentunya kami para pemuda penikmat musik Jamaika. Pasti akan ada lagi kesempatan untuk berjumpa di antara kami, entah kapan dan di mana. Have a safe trip, my friend! Ciao!

Berikut adalah beberapa link dari Miserable Man yang bisa dikunjungi,
Email : miserablemanmusic@gmail.com